Teori Elbaf

No Comments

Theory By : RokushikiMaster

Mumpung kata “Elbaf” lagi masuk di kepala kita, ayo kita bahas sekilas tentangnya.
***
Ada teori yang saya baca beberapa tahun lalu, bahwa nama “Elbaf” kemungkinan berasal dari kata “Fable” yang dieja dari huuruf paling akhir. Silahkan dicermati sebentar. “Fable” dibalik jadi “Elbaf”, kan? Yup. Saya lupa kenapa si pencetus teori berpendapat demikian, tetapi saya punya pemikiran sendiri.
Sederhananya, “Fable” adalah sebuah cerita yang tokoh-tokoh utamanya bukan manusia. Bisa binatang, tumbuhan, benda mati, angin, partikel, atau ketiadaan sekalipun. Yang sering dijumpai sih binatang. Namun binatang-binatang itu punya sifat manusia, seperti bisa bicara. Bagi yang pernah mengenyam bangku SD konvensional, pasti tak asing dengan istilah fable. Soalnya sering keluar di ujian Bahasa Indonesia yang berbentuk pilihan ganda.
“Fable” dibalik, jadi “Elbaf”, nama desa para pahlawan dalam cerita One Piece yang dihuni oleh raksasa. Di sinilah bagian yang menarik.
“Elbaf” nyatanya tidak hanya kebalikan dari “Fable”, tetapi ciri khas dan deskripsinya pun juga kebalikan. Bila dalam fable, binatang berperilaku seperti manusia. Dalam Elbaf, manusia (raksasa)lah berperilaku seperti binatang.
Ok, tunggu dulu. Kalau orang baca kalimat ‘manusia berperilaku seperti binatang’, biasanya konotasinya negatif. Soalnya binatang cenderung dianggap cuma peduli makan, tidur, dan seks saja. Namun sebagai orang yang menghabiskan banyak waktunya mengamati binatang, saya dengan tegas bilang itu anggapan yang sangat keliru. Binatang pun punya perilaku bermacam-macam. Ada yang jelek, ada pula yang bagus, bahkan lebih bagus dari manusia. Jadi mari kita hapus paradigma yang keliru itu.
Nah, perilaku binatang yang akan saya sorot di sini adalah sangat “menjunjung harga diri”. Bagi beberapa binatang, harga diri adalah harga mati. Pernah lihat kucing berantem? Itu mereka sedang mempertahankan daerah sekaligus harga dirinya. Bukan cuma kucing, mamalia lain seperti gajah, jerapah, badak, kuda nil, dan singa juga begitu. Mereka bertarung dengan sesamanya demi membela harga diri. Menunjukkan superioritas. Seekor singa bahkan tega membunuh bayi-bayi singa jantan supaya mereka tidak tumbuh besar dan menyainginya.
Rupanya para raksasa Elbaf juga begitu, sangat menjunjung harga diri. Jika kalian baca ulang Little Garden, Dorey si raksasa merah dengan bangga mengatakan bahwa harga diri adalah hal yang paling penting bagi Elbafian, bahkan lebih penting dari nyawa (kebalikan Shanks yang bilang nyawa lebih penting dari harga diri, hehe). Harga diri pula-lah yang membuat Dorey dan Burogy rela bertempur selama 100 tahun. Padahal alasannya sepele, yaitu menentukan buruan siapa yang lebih besar.
Jadi, yah, ternyata Elbaf diisi dengan manusia yang berperilaku seperti binatang. Kebalikan dari Fable. Kebetulankah? Mana mungkin. Takdir tidak mengenal kata kebetulan, kawan. Semua sudah digariskan. Hal tersebut boleh jadi memang referensi yang disengaja oleh Oda.
 
Itu dari sisi nama rasnya. Bagaimana dengan nama orang-orangnya? Baru saja kita diperkenalkan dengan Loki si pangeran Elbaf. Dan “Loki” merupakan salah satu nama dewa yang cukup populer dalam keyakinan nordik.
Wah, kalau ini sih memang jelas kesengajaan. Oda adalah penggemar berat bangsa Viking yang notabene menganut kepercayaan nordik. Bahkan cerita One Piece juga terinspirasi dari sana.
Elbaf sendiri memiliki ciri khas sangat mewakili kisah Viking dan nordik. Coba lihat cara berpakaian Dorey dan Burogy. Dorey memakai helm bertanduk dua yang merupakan ciri khas Viking. Mereka juga menjunjung harga diri, gemar melaut, dan menjarah. Semuanya karakteristik Viking.
Dan sekarang muncul nama Loki. Ini menarik karena bisa jadi petunjuk tentang cerita ke depannya.

Di Elbaf, ada peraturan yang sangat prinsip, yaitu “bila ada dua raksasa yang bertengkar atau beradu argumen, mereka harus membawa pertengkarannya itu ke luar pulau. Selesaikanlah di sana. Siapa yang menang dan kalah, biarkanlah Dewa Elbaf yang memutuskannya” – disadur dari perkataan Dorey/ Burogy di Little Garden
Mendengar kata ‘Dewa’, beberapa orang mungkin akan langsung membayangkan keberadaan sesuatu yang dipuja, berkedudukan tinggi di langit, dan tidak terlihat. Namun sejarah di dunia nyata membuktikan bahwa ada orang-orang yang berani menyetarakan dirinya dengan dewa. Contoh, pharaoh/firaun.
Lalu, bagaimana dengan Dewa Elbaf? Kita sudah memiliki Loki, yang diambil dari nama dewa, tetapi nyatanya merupakan pangeran Elbaf. Nah, teori saya, bisa jadi Dewa Elbaf pun sebenarnya salah satu raksasa Elbaf. Namun dia dijuluki dewa karena status sosialnya. Mungkin dia berasal dari keluarga kerajaan Elbaf, atau malah sang raja Elbaf itu sendiri. Jadi si raja dikultuskan oleh rakyatnya.
Kalau teori tersebut benar, kemungkinannya bisa berkembang luas lagi. Mitologi nordik dan Viking punya banyak unsur yang mengesima,salah satunya tentang keberadaan pohon kehidupan Yggdrasil. Nanti mungkin dibahas di artikel lainnya (biar topiknya nggak terlalu campur aduk).
- Roku -

"Berkomenterlah dengan sopan dan tidak keluar dari isi konten"